"Mari Kita Jadikan Hidup Ini Lebih Berarti dengan Cinta Kepada Allah SWT". Ilmu Kita: Memahat Kata Memugar Dunia (101 Kisah yang Menggugah Pikiran)
Powered By Blogger

Senin, 28 Februari 2011

Memahat Kata Memugar Dunia (101 Kisah yang Menggugah Pikiran)

BAGIAN 1

Al-Biruni
(Peletak Dasar Sains Modern)

"Pernah seorang bijak bertanya mengapa para cendekiawan selalu berbondong-bondong mendatangi pintu orang-orang kaya, sementara para orang kaya enggan mengetuk pintu para cendekiawan. "Para cendekiawan, "jawabnya, "sangat memahami manfaat uang, tetapi orang-orang kaya tidak mengetahui kemuliaan ilmu pengetahuan."


Abu Ar-Rayhan Muhammad ibn ahmad Al-Biruni seorang ilmuan serbabisa yang memiliki keahlian setara dalam fisika, metafisika, matematika, geografi dan sejarah. Lahir di kota Khat dekat "Ural" pada 15 September 973, Al-Biruni hidup semasa dengan ahli fisika terkenal ibn Sina. Sejak usia dini, dia berguru kepada Abu Nasr Mansur, seorang ahli astronomi dan matematika terkenal. Pada usia 17 tahun, dia memulai menggeluti sains dengan serius. Dia menghitung garis lintang kota tempatnya tinggal dengan mengamati ketinggian maksimum matahari. Ketika berusia 22 tahun, dia menulis sejumlah karya pendek. Salah satunya yang bertahan hingga kini adalah Cartoghrafi, penelitian tentang perpetaan. Al Biruni mengkaji berbagai macam peta yang ada pada saat itu dan menuliskan hasil studinya. Selain itu, dia membuat peta belahan bumi versinya sendiri.

Kecerdasan Al Biruni menjadi buah bibir, dan keetika Sultan Mahmood Ghaznawi, salah satu raja Muslim abad ke-11, menaklukan negerinya, dia membawa Al Biruni bersamanya.

Hubungan antara Mahmood dan Al Biruni ini cukup aneh. Bisa dikatakan bahwa Al Biruni sebetulnya adalah tawanan Mahmood dan tidak diperbolehkan pergi sesukanya. Tetapi, perjalanan militer Mahmood ke India selalu menyertakan Al Biruni, dan Al Biruni sangat menikmatinya. Al Biruni mungkin mengharapkan perlakuan yang lebih baik dari Sultan, tetapi penelitian-penelitian ilmiahnya jelas mendapat dukungan. Dia telah mengunjungi seluruh pelosok India dalam kurun waktu 20 tahun, dan berkesempatan mempelajari filosofi, matematika, geografi dan agama hindu dari seorang Pendeta, yang sebagai imbalannya dia diajari ilmu pengetahuan dan filosofi Yunani dan Arab.

Al-Biruni merekam pengamatannya tentang India dalam bukunya yang terkenal Kitab Al-Hind, yang menggambarkan kondisi sejarah dan sosial negeri itu. Pada bagian akhir buku itu, dia menyebutkan bahwa dia telah menerjemahkan dua buku Sanskerta ke dalam bahasa Arab, satu berjudul Sakaya, yang membahas penciptaan dan jenis benda-benda, dan yang kedua, Patanjal, yang membahas apa yang terjadi setelah ruh meninggalkan raga.

Gambarannya tentang india begitu lengkap sehingga buku Aein-i-Akbari yang ditulis  oleh Abu Al Fadal pada masa kekuasaan Akbar, 600 tahun berikutnya, banyak mengacu pada buku Al Biruni ini. Al Biruni mengamati bahwa pada zaman dulu, Lembah Indus tentunya merupakan lembah dasar laut yang penuh terisi endapan.

Sekembalinya dari India, Al Biruni menulis bukunya yang terkenal, Qanun-i Masoodi (Al Qanun Al Masudi, fi Al Hai'a wa Al Nujum), yang dipersembahkan kepada Sultan Masood. Putra Sultan Mahmood ini pemperlakukan dirinya dengan lebih baik dan membebaskannya untuk pergi kemana saja. Buku ini membahas beberapateorema astronomi, trigonometri, pergerakan matahari, bulan, dan planet-planet, serta topik-topik terkait.

Dalam buku lainnya yang juga terkenal, Al Athar Al Baqia, Al Biruni berusaha menghubungkan sejarah kuno bangsa-bangsa secara geografis. Dalam buku ini, dia membahas rotasi bumi dan mengukur garis bujur dan lintang berbagai tempat dengan tepat. Dia juga memberikan kontribusi besar dalam beberapa aspek fisika dan geografi ekonomis dalam buku ini.

Al biruni wafat pada tahun 1048, pada usia 75 tahun, setelah menghabiskan 40 tahun masa hidupnya untuk mengumpulkan ilmu dan memberikan sumbangannya sendiri pada ilmu pengetahuan.

Sumbangan ilmiahnya yang lain mencakup penentuan akurat kekerapan 18 jenis batu dan logam. Dia juga menulis Kitab Al Saidana, sebuah pengembangan ilmu pengobatan yang menggabungkan pengetahuan Arab pada bidang itu dengan pengobatan cara India. Bukunya, Kitab Al Jamahir membahas sifat-sifat bantuan berharga. Dia juga seorang astrolog yang terkenal karena ketepatan ramalannya.

Dia mengembangkan metode triseksi segitiga dan persoalan-persoalan lain yang tidak dapat dipecahkan dengan penggaris dan kompas saja.

Berabad-abad sebelum ilmuan lain, Al Biruni sudah mempertanyakan apakah bumi berputas pada sumbunya atau tidak. Dia menjadi orang pertama yang melakukan percobaan-percobaan berkaitan dengan fenomena astronomis itu. Metode ilmiahnya, yang digabungkan dengan metode ilmiah ilmuan Muslim lain, seperti Ibn Al Haitsam, menjadi fondasi sains modern. Dia menemukan bahwa jika dibandingkan dengan kecepatan suara, kecepatan suara jauh lebih besar. Dia menjelaskan cara kerja sumur  artesis dan sumber air alami dengan prinsip hidrostatik bejana berhubungan. Penyelidikannya mencakup penggambaran berbagai ketidaknormalan kelahiran, diantaranya yang dikenal sebagai kembar "siam". Dia mengamati bahwa bunga-bunga memiliki kelopak 3, 4, 5, 6, atau 18 helai, tetapi tidak pernah 7 atau 9.

Dia aktif menulis buku dan risalah, hingga akhir hayatnya, karyanya mencapai 146 buah. Selain Kitab Al Hind (sejarah dan geografi India), Al Qanun Al Masudi (astronomi, trigonometri), Kitab Al Athar  Al Baqia (sejarah kuno dan geografi), Kitab Al Saidana (ilmu pengobatan), dan Kitab Al Jawahir (bantuan mulia) sebagaimana disebutkan di atas, bukunya Al Tafhimli Awail Sina'at Al Tanjim menyajikan ringkasan matematiks dan astronomi.

Dianggap sebagai salah satu ilmuan besar Dunia Islam, sepanjang waktu. Semangatnya, kecintanya akan kebenaran, dan pendekatan ilmiahnya, digabungkan dengan rasa toleransi yang besar. Antusiasmenya terhadap ilmu pengetahuan bisa dinilai dari pernyataannya: Allah itu Mahatahu, Dia tidak membenarkan kebodohan.[]


1 komentar:

"Mari Kita Jadikan Hidup Ini Lebih Berarti dengan Cinta Kepada Allah SWT".